Tiara Lestari's Personal Journal

My words, my feeling, my memories, my experiences. Mostly, this is me.

Sunday, August 27, 2006

I Love you, Om

Hari ini saya dapat undangan untuk private viewing sebuah film Indonesia yang akan mulai diputar awal September nanti. Judulnya I love you, Om.

Catchy title ya?

Tadi malam saya dapat trailer film ini dan langsung saya tonton. Setelah selesai melihat trailernya, saya segera menelpon manajemen saya untuk menerima undangan private viewing itu

Film itu suatu medium yang menurut saya sangat powerful. Film punya kemampuan untuk berkomunikasi dengan emosi kita. Bedanya emosi dengan memori hanya satu: rasa atau feeling. Kita bisa ingat sesuatu dalam memori kita. Tapi, jika kita ingat dan benar-benar merasakannya.. nah -menurut saya- itu lebih powerful. Itu yang mampu diberikan oleh sebuah film untuk kita. Powerful.

Problem dengan teori itu, banyak film hanya berani mengangkat cerita-cerita yang semua orang ngomongin... mungkin karena takut rugi kali ya. Contohnya.. film tentang jatuh cintanya dua insan atau film tentang kegagalan yang lalu dirubah menjadi keberhasilan.. bla bla bla.

When everyone is showing the same thing or the same subject talking about the same thing to reach the biggest number of people.. then movies become boring.

Ini yang bikin saya tertarik nonton I love you, Om. Si pembuat film ini mungkin telah mendapat suatu angle yang beda dari yang lain. Dari trailer ini, terlihat bahwa film ini bercerita tentang suatu pengalaman yang banyak orang mengalami, tapi tidak pernah dibicarakan. Emotional connection tanpa pembicaraan. Briliant idea.

Saya nggak tahu apakah film ini bagus atau tidak, tapi satu yang pasti untuk saya, trailernya telah mengajak saya kembali ke masa kecil saya yang tidak pernah saya bicarakan dengan siapa pun. Dan lucunya setelah saya berbicara dengan teman-teman saya, ternyata banyak juga dari mereka mengalami proses yang sama waktu mereka kecil.

Figur seseorang yang jauh lebih tua, apakah seorang guru, saudara jauh, bahkan teman orang tua kita. Siapapun juga, kita pernah mengalami proses "pre- cinta monyet" yang benar-benar murni dan tidak permanen. Dari kaca mata anak kecil, nothing is impure. Termasuk proses ini.

Jika skenario film ini bisa sebagus trailer yang saya lihat, this movie will be a rare diamond among countless of mediocre movies release by other Indonesia movie makers.

Tiara

Saturday, August 26, 2006

SCTV Awards.. 4 jam nunggu, 4 menit tampil

Tadi malam saya tampil di SCTV awards sebagai salah satu dari puluhan orang yang membacakan nominasi. Nah waktu ditawarkan, saya cukup senang juga sih karena belum pernah tampil di acara award TV sebelumnya kan. Manajemen saya juga excited karena saya diminta membacakan penghargaan lifetime achievement awards.

Manajer saya, Bharata, malah bilang ke saya, "Ti, bacaain lifetime acheivement award itu cukup prestigious loh.". Katanya... :) hihihi ge..er

Seperti hal-hal lain yang baru sejak di Jakarta ini, saya datang jam 5 sore tanpa expectation. Go along for the ride aja deh. ..

Well, make a long story short.. ternyata award show itu lama. Nah kita-kita ini yang sudah harus stand by dari jam 5 sore (on time lho!) jadinya ya gitu deh... harus nunggu giliran. Nunggu giliran di make up dan nunggu giliran tampil, hahaha. Untuk kamu-kamu yang nggak sempet lihat tadi malam, saya akhirnya tampil jam 11.30 malam!

Tapi overall, it was a fun experience. Saya terutama sangat impress sama orang-orang SCTV yang profesional dan nice banget deh sama kita-kita yang nunggu di back stage.


Oh ya, satu kejadian agak surreal kalau di masukan dalam konteks perkenalan dengan seseorang. Saya kebetulan duduk di sebelah Luna Maya dan memang kita berdua belum pernah ketemu sebelumnya. Sambil dimake up, dia nengok ke saya dan bilang, "Tiara Lestari ya." I smile at her and said, "Luna Maya ya." We both laugh. Akhirnya kita sedikit ngobrol2 aja. I always respect people who are productive in their lives. She is both productive and very focus, and for that, I admire her.

Pasangan saya membacakan award adalah seorang bintang sinetron bernama Iqbal. We have one thing same in common that night: kedinginan bo!

Satu lagi yang positif ikut di acara award show: nambah temen :)

Jadi kesimpulan saya jika mendapat job di sebuah award show: Next time, bawa buku, bawa jacket and keep smiling :)


Tiara

Friday, August 11, 2006

A tribute to Daniel and Jana

Kadang-kadang hidup ini emang nggak bisa direncanain. Udah ada yang ngatur semua.

Weekend ini rencananya mau ke Bali. Rileks aja untuk sabtu dan minggu. Saya udah janji cukup lama untuk nginep dirumah temen saya yang bernama Daniel dan Jana... so I called them dan semua set. Daniel dan Jana adalah pasangan suami istri yang baik sekali sama saya yang walaupun hanya bertemu beberapa kali tapi saya merasa menggenal dekat dengan mereka. Daniel orang Perancis yang sangat cinta dengan Bali sedangkan Jana asli Jawa. Mereka tinggal di Bali dengan anak-anaknya yang masih kecil.

Semua direncanakan dengan baik. Saya akan dtg sabtu pagi, hang out sama mereka dan nginep dirumah mereka. What fun!

Bayangkan bagaimana shocknya saya ketika malam ini saya mendapat sms dari Jana bahwa Daniel meniggal dunia jam 6 sore tadi. Heart Attack.

Saya bener-bener nggak percaya. Tapi lebih lagi, I feel so bad for Jana and her kids.

Daniel really loved Bali. Dia kerja sebagai constuction manager dan setiap jam 5 sore dia pasti bisa ditemukan duduk di Lanai Bar di Kuta mamandangi pantai kuta. Dia pernah bilang sama saya bahwa," Hidup ini pilihan. Kamu bisa bekerja keras, bikin banyak uang tapi tidak menikmatinya sampai kamu mati. Atau kamu bisa memilih untuk menikmati hidup kamu sambil bekerja untuk tetap hidup, sebelum kamu mati. Pilih mana?". Wise words.

More important, Daniel made a choice to live his life the way he wants to. He enjoyed life to the max and lovingly be a part of a community he loved and a place he adored with the woman he cherished. I hope my life will be half the kind of life daniel lead.

This is a tribute to my friends; Daniel and Jana. May God blessed you in both lifetimes.

Tiara.

Friday, August 04, 2006

Old friend found


Saya punya seorang sahabat yang bernama Felbi. Dulu sebelum saya hijrah ke Singapura, saya sama Felbi ini sudah seperti lem sama kertas...kemana-mana barengan terus. Terakhir saya bertemu sama Felbi itu kira-kira 5 tahun yang lalu. Banyak sekali kenangan-kenangan lucu yang nggak bisa di lupakan. Pernah semaleman kita nggak tidur, ngobrol di butiknya felbi sambil cobain semua baju, terus dilanjutkan dengan foto-foto sampai pagi. Just do stupid thing with my girl friends.

Kira-kira seminggu yang lalu saya datang ke sebuah pesta ulang tahun di daerah menteng. Salah satu orang yang datang di pesta itu ternyata kenal sama Felbi! Saya kaget banget waktu orang itu bilang bahwa Felbi tuh pingin banget ketemu saya, cuma nggak berhasil mengkontak saya. Orang itu lalu memberikan no HP Felbi.

Sepulang dari acara tersebut dengan rasa senang sekali saya langsung menelpon Felbi yang ternyata saat itu sedang menunaikan ibadah Umroh. Felbi juga terdengar sangat surprise mendengar suara saya dan kita berdua memutuskan untuk bertemu setelah dia kembali ke Jakarta.

Make a long story short, saya dan Felbi ketemuan hari ini. Banyak banget cerita di dalem kepala yang aku mau share sama dia. Nggak kebayang deh dua sahabat yang nggak pernah ketemuan selama 5 tahun duduk bareng saling share story about each other's life. Enam jam kita habiskan di sebuah kafe untuk bercerita sambil ngopi. Tanpa sadar 5 gelas kopi saya habiskan sepanjang bercerita.

5 years is a long time. Kurun waktu seperti itu cukup merubah seseorang menjadi lebih baik atau lebih buruk. Untuk kasus Felbi, ini cukup extreme. Felbi yang saya kenal dulu adalah seorang party animal (it's true!) yang bisanya (dan sukanya) hanya dugem, dugem dan dugem. Felbi yang sekarang ... wow... what a difference. Dia adalah seorang istri yang pernuh perhatian dan kesabaran. Seorang muslimah yang tidak pernah lewat sholatnya. Dan -yang paling shocking- adalah seseorang yang sedang mencari jati diri melalui ajaran-ajaran agama. I'm just so happy for her!

Moral of the story; people can and probably will change. Pertanyaannya.. apakah kita akan berubah menjadi lebih baik.. atau lebih buruk? My friend have made her choice and I am very proud of her. I hope I can do the same. Be a better person everyday

Tiara

ps:
Oh iya, kalau punya waktu, saya mau ngajak kamu untuk nonton bareng konsernya Sujiwo Tejo. Hari Jum'at 11 Agusus 2006 jam 19.00 di Resto Omah Sendok, Jl. Mpu Sendok 45, Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. CU there!

Undangannya Rp. 25.000,- bisa pesen di:

Eki Productions
Jl. Padang No. 32, Jakarta Pusat
Tel. 021 - 831 2377/3029
Contact Person: Tinny 0818 789 067