I Love you, Om
Hari ini saya dapat undangan untuk private viewing sebuah film Indonesia yang akan mulai diputar awal September nanti. Judulnya I love you, Om.
Catchy title ya?
Tadi malam saya dapat trailer film ini dan langsung saya tonton. Setelah selesai melihat trailernya, saya segera menelpon manajemen saya untuk menerima undangan private viewing itu
Film itu suatu medium yang menurut saya sangat powerful. Film punya kemampuan untuk berkomunikasi dengan emosi kita. Bedanya emosi dengan memori hanya satu: rasa atau feeling. Kita bisa ingat sesuatu dalam memori kita. Tapi, jika kita ingat dan benar-benar merasakannya.. nah -menurut saya- itu lebih powerful. Itu yang mampu diberikan oleh sebuah film untuk kita. Powerful.
Problem dengan teori itu, banyak film hanya berani mengangkat cerita-cerita yang semua orang ngomongin... mungkin karena takut rugi kali ya. Contohnya.. film tentang jatuh cintanya dua insan atau film tentang kegagalan yang lalu dirubah menjadi keberhasilan.. bla bla bla.
When everyone is showing the same thing or the same subject talking about the same thing to reach the biggest number of people.. then movies become boring.
Ini yang bikin saya tertarik nonton I love you, Om. Si pembuat film ini mungkin telah mendapat suatu angle yang beda dari yang lain. Dari trailer ini, terlihat bahwa film ini bercerita tentang suatu pengalaman yang banyak orang mengalami, tapi tidak pernah dibicarakan. Emotional connection tanpa pembicaraan. Briliant idea.
Saya nggak tahu apakah film ini bagus atau tidak, tapi satu yang pasti untuk saya, trailernya telah mengajak saya kembali ke masa kecil saya yang tidak pernah saya bicarakan dengan siapa pun. Dan lucunya setelah saya berbicara dengan teman-teman saya, ternyata banyak juga dari mereka mengalami proses yang sama waktu mereka kecil.
Figur seseorang yang jauh lebih tua, apakah seorang guru, saudara jauh, bahkan teman orang tua kita. Siapapun juga, kita pernah mengalami proses "pre- cinta monyet" yang benar-benar murni dan tidak permanen. Dari kaca mata anak kecil, nothing is impure. Termasuk proses ini.
Jika skenario film ini bisa sebagus trailer yang saya lihat, this movie will be a rare diamond among countless of mediocre movies release by other Indonesia movie makers.
Tiara
Catchy title ya?
Tadi malam saya dapat trailer film ini dan langsung saya tonton. Setelah selesai melihat trailernya, saya segera menelpon manajemen saya untuk menerima undangan private viewing itu
Film itu suatu medium yang menurut saya sangat powerful. Film punya kemampuan untuk berkomunikasi dengan emosi kita. Bedanya emosi dengan memori hanya satu: rasa atau feeling. Kita bisa ingat sesuatu dalam memori kita. Tapi, jika kita ingat dan benar-benar merasakannya.. nah -menurut saya- itu lebih powerful. Itu yang mampu diberikan oleh sebuah film untuk kita. Powerful.
Problem dengan teori itu, banyak film hanya berani mengangkat cerita-cerita yang semua orang ngomongin... mungkin karena takut rugi kali ya. Contohnya.. film tentang jatuh cintanya dua insan atau film tentang kegagalan yang lalu dirubah menjadi keberhasilan.. bla bla bla.
When everyone is showing the same thing or the same subject talking about the same thing to reach the biggest number of people.. then movies become boring.
Ini yang bikin saya tertarik nonton I love you, Om. Si pembuat film ini mungkin telah mendapat suatu angle yang beda dari yang lain. Dari trailer ini, terlihat bahwa film ini bercerita tentang suatu pengalaman yang banyak orang mengalami, tapi tidak pernah dibicarakan. Emotional connection tanpa pembicaraan. Briliant idea.
Saya nggak tahu apakah film ini bagus atau tidak, tapi satu yang pasti untuk saya, trailernya telah mengajak saya kembali ke masa kecil saya yang tidak pernah saya bicarakan dengan siapa pun. Dan lucunya setelah saya berbicara dengan teman-teman saya, ternyata banyak juga dari mereka mengalami proses yang sama waktu mereka kecil.
Figur seseorang yang jauh lebih tua, apakah seorang guru, saudara jauh, bahkan teman orang tua kita. Siapapun juga, kita pernah mengalami proses "pre- cinta monyet" yang benar-benar murni dan tidak permanen. Dari kaca mata anak kecil, nothing is impure. Termasuk proses ini.
Jika skenario film ini bisa sebagus trailer yang saya lihat, this movie will be a rare diamond among countless of mediocre movies release by other Indonesia movie makers.
Tiara